kebalsenjata tajam, tak mempan disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para pendekar aliran hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di– Maksum Dajuhar, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri ini lebih dikenal dengan nama Gus Maksum. Ia adalah jawara pencak silat yang menjadi Ketua Umum pertama Ikatan Pencak Silat Nahdatul Ulama Pagar Nusa. Gus Maksum lahir di Kanigoro, Keras, Kediri Jawa Timur pada 8 Agustus 1944. Ia adalah cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, manaf Abdul karim. Pendidikan pertamanya diperoleh dari orang tuanya, Abdullah Djauhari di masuk sekolah dasar Kanigoro pada 1957. Ia kemudian melanjutkan Madrasah Tsanawiyahnya di Lirboyo. Sejak kecil, ia gemar dengan kesenian pencak silat, tenaga dalam, pengobatan dan seorang kyai, Gus Maksum terkenal berperilaku nyeleneh menurut kebiasaan orang pesantren. Ia dikenal sebagai Pendekar Nomer Wahid di kalangan Nahdatul Ulama NU. Penampilannya yang nyentrik, berambut gondrong, berjenggot dan berkumis panjang, bersarung setinggi lutut, dan memakai bakiak. Selain itu, ia suka memelihara binatang yang ridak umum dipelihara orang kebanyakan. Seperti berjenis ular, buaya, kera, orang hutan dan menguasai berbagai aliran ilmu silat, ia juga punya kemampuan linuwih supranatural, sehingga beredar cerita tentang kedigjayaannya. Karena itu pula, ia sangat disegani dan mampu membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragaan di kalangan pesantren. Ia pun dikenal sebagai Komando Penumpasan PKI di wilayah Kediri dan sekitarnya. Salah satu kisah yang menunjukkan karomahnya adalah ketika bentrok dengan orang-orang PKI di alun-alun Kediri. Gus Maksum muda mampu mengalahkan belasan orang PKI cerita beredar terkait kesaktian Gus Maksum dalam menumpas PKI. Diantaranya setiap bacokan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuhnya ataupun melukainya. Bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya. Penampilan Gus Maksum yang berambut gondrong bukan hanya sekedar hobinya, namun rambut gondrongnya adalah ijazah yang didapat dari gurunya, yaitu Habib Baharun dari Mrican, Kediri. Hasil dari pengalaman itu sering terjadi keanehan-keanehan terkait dengan rambutnya. Diantaranya, rambutnya bisa berdiri, mengeluarkan api dan bahkan tidak bisa di Gus Maksum juga dilihat dari saat ia pergi ke Semarang untuk menghadiri sebuah undangan pengajian di Sragen, Jawa Tengah pada 1999. Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada seseorang yang menikamnya. Tapi Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, hanya pakaiannya yang robek akibat Maksum juga terkenal sebagai orang yang kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung berapa dukun santet yang dihadapinya, sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet. Kekebalan Gus Maksum terhadap santet sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari Ponorogo. Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kafir. Pada saat itu, muncullah kebutuhan untuk mengembangkan ilmu bela diri dengan tujuan memperkuat kalangan pesantren. Karena itu, pada 27 September 1985 M, berkumpullah para kyai di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur dalam rangka membentuk sebuah wadah khusus pencak silat Nahdatul Ulama. Musyawarah tersebut dihadiri para tokoh pencak silat dari Jombang, Pasuruan, Kediri, Cirebon dan bahkan serupa kemudian dilaksanakan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada 3 Januari 1986. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat Pagar Nusa Pagar NU dan Bangsa. Para peserta musyawarah kemudian menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa yang dikukuhkan langsung oleh Ketua Umum PBNU Abdurrahman Wahid dan Rais Am Achmad bawah kepemimpinan Gus Maksum, syiar Pagar Nusa sampai ke luar Jawa. Ia mengabdikan diri sampai akhir hayatnya dalam rangka melestarikan seni pencak silat di kalangan pesantren dan NU. Selanjutnya, Pagar Nusa dipimpin oleh Aizzudin Abdurrahman yang terpilih sebagai ketua umum periode 2002-2017 pada kongres yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Pacitan, Lamongan, Jawa santet terjadi di awal 1990-an di Jawa Timur, kemudian membesar menjadi isu nasional menjelang reformasi 1998. Saat itu menjadi masa yang penting bagi eksistensi Pagar Nusa. Di samping banyak orang yang ingin belajar bela diri, Pagar Nusa berperan penting dalam menjaga stabilitas keamanan dari isu santet di masyarakat. Dan hingga kini, Pagar Nusa tetap menjadi garda depan NU dalam menjaga berbagai ancaman keamanan. Saat itu puluhan santrinya tinggal bersamanya di dalam rumah dan dianggap seperti anaknya sendiri. Dia juga menampung anak-anak yang menjadi korban kekerasan etnis di Sampit, Kalimantan Tengah. Dalam dunia politik, Gus Maksum selalu mengikuti arah politik NU. Ketika NU bergabung dengan PPP, ia menjadi juru kampanye PPP hingga tingkat nasional. Begitu pula ketika PKB didirikan pada 1998, ia pun turut ambil bagian dalam membesarkan partai. Meski demikian, ia tidak pernah mau menduduki jabatan politik Maksum wafat di Kanigoro di umur 57 tahun pada 21 januari 2003 dan dimakamkan di pemakaman keluarga, di sebelah barat masjid lama Pondok Pesantren Lirboyo. Semasa hidupnya, ia telah berkontribusi besar dalam mengembangkan seni bela diri yang tetap lestari di kalangan Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara, Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Kemenag RI, November 2016. Terjadinyaberbagai gerakan radikalisme di Indonesia tidak terlepas dari faktor stabilitas politik yang cenderung rendah dan maraknya tindakan diskriminatif yang terjadi. Penegakan hukum seakan-akan hanya berlaku bagi rakyat kecil, sedangkan pemerintah adalah golongan manusia yang “kebal hukum”. Bahkan, banyak pengamat yang menilai bahwa
GUSSYAK/ KI RADEN. Guru besar ilmu hikma, Karomah, Kesaktian, Goib, Khodam, Danyang, Roh, Sedulur 4.5 Pancer. langsung mampu menguasai ilmu kirim mimpi basah, ilmu welut putih, ilmu ngrogo kusmo, ilmu pengobatan hikmah/ karomah, ilmu keselamatan, kebal bacok, tusuk, gorok, gesek, kepruk, ilmu pellet, ilmu telepati, ilmu
KEDIRI – Kiai Haji Maksum Jauhari adalah legenda di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Selain mengajar ilmu agama, Gus Maksum juga dikenal sebagai pendekar pilih tanding di tanah air. Meski jasadnya telah wafat pada tanggal 21 Januari 2003 silam, nama Gus Maksum masih disebut banyak orang hingga sekarang. Gus Maksum adalah ikon kejayaan ilmu bela diri santri Pondok Pesantren Lirboyo. Ajang pertarungan silat Pencak Dor menjadi salah satu monumen kenangan yang ditinggalkan Gus Maksum semasa hidupnya. Gus Maksum adalah putra dari Kiai Haji Abdullah Jauhari di Kanigoro Kediri. Usai menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kanigoro, Gus Maksum melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo. Selebihnya sisa masa mudanya dihabiskan untuk berkeliling dari kota ke kota mencari ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan, dan kejadukan. Salah satu tempat yang menjadi jujukan Gus Maksum belajar ilmu silat adalah Ahmad Fathoni, seorang pendekar di Rengas Dengklok, Karawang, Jawa Barat, yang beraliran Cikaret dan Cikalong. Di luar itu, Gus Maksum juga berburu ilmu kepada sejumlah kiai di Kediri, Blitar, dan Cirebon. baca ini Kuburan Dempul Lirboyo, Tempat Perjanjian Mbah Sholeh Dengan Jin Badrul Huda Zainal Abidin atau Gus Bidin, keponakan Gus Maksum yang disebut-sebut mewarisi ilmu silat pamannya, menyebut jika Gus Maksum adalah pendekar yang tak memiliki lawan di masanya. Rambutnya yang dibiarkan gondrong menjadi ciri khas Gus Maksum hingga dijuluki pendekar si rambut api. “Konon rambut beliau bisa menjadi api,” kata Gus Bidin. Media massa nasional kala itu pernah menulis pernyataan Gus Maksum yang menantang semua dukun santet untuk menyantet dirinya. Dan beberapa santri menyebut upaya penyantetan kepada Gus Maksum selalu gagal. Segala macam ilmu hitam tak akan mempan kepada dirinya. Hingga kini Gus Bidin masih menempati rumah kediaman Gus Maksum, tepat di depan masjid lama Ponpes Lirboyo. Rumah itu tak banyak mengalami perubahan wajah selain penambahan beberapa ruang di belakang. Selain itu, keberadaan monyet-monyet yang dulu menempati halaman depan rumah Gus Maksum juga sudah tidak tampak. Penumpasan PKI Di era penumpasan Partai Komunis Indonesia di wilayah Kediri dan sekitarnya, nama Gus Maksum berada di urutan teratas. Selain membela pesantren dan Nahdlatul Ulama yang menjadi musuh idiologis PKI, Gus Maksum punya alasan khusus untuk mengangkat senjata dalam penumpasan itu. Pondok pesantren milik ayahnya di Kanigoro Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri pernah diserbu oleh massa PKI. Bahkan di masjid pondok yang tengah dipergunakan kegiatan oleh aktivis Islam yang tergabung dalam Pelajar Islam Indonesia PPI. Kala itu mereka sedang menggelar kegiatan Mental Training Mantra di Kanigoro. baca ini Hari Pahlawan Kyai Abbas Sulap Biji Kacang Jadi Tentara Menurut Sari Emingahayu dalam Sisi Senyap Politik Bising 2007 84-86, “Kanigoro terkenal sebagai basis PKI.” Kawasan ini penghasil tebu untuk Pabrik Gula Ngadirejo. Buruh tani di sana kebanyakan berafiliasi dengan Barisan Tani Indonesia BTI. Di masa itu, gerakan dan mobilisasi partai politik makin meningkat, baik berupa kampanye maupun pawai. Suatu pagi, usai menjalankan sahur di bulan ramadan, massa PKI tiba-tiba merangsek ke sekitar Masjid KH Abdullah Jauhari. Mereka menyisir perumahan warga untuk mencari peserta PII yang menginap di rumah warga. Sebagian massa menyerbu masjid dan melempar serta menginjak-injak Al Quran. Tak hanya itu, peserta PII dan Kiai Abdullah Jauhari juga diarak menuju kantor polisi sektor. Setelah situasi reda, mereka kembali dipulangkan ke tempat asal. Perilaku massa PKI kepada ayahnya ini menjadi salah satu kemarahan Gus Maksum. Dalam peristiwa penumpasan PKI tersebut, almarhum Kiai Haji Idris Marzuki pernah menyampaikan jika kala dirinya berbagi tugas dengan Gus Maksum. Kiai Idris Marzuki bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan pondok, sedangkan Gus Maksum berperang menumpas PKI dengan dibantu TNI. Kiai Wong Cilik Meski berstatus pengasuh di Pondok Pesantren Lirboyo, Gus Maksum tak pernah memutus jarak dengan masyarakat di luar pondok. Setiap hari tamunya berasal dari berbagai kalangan, mulai pejabat, politisi, hingga masyarakat biasa. Dan hebatnya, Gus Maksum tak pernah memberi perlakuan istimewa kepada tamu-tamu penting. Semua harus antri sesuai kedatangannya. Semasa hidup Gus Maksum juga tak dikenal sebagai kiai pondok. Alih-alih menjaga kewibawaan, Gus Maksum justru kerap keluyuran untuk berinteraksi dengan masyarakat di luar pondok. Setiap kedatangan Gus Maksum seperti karomah bagi siapapun yang dikunjungi untuk mengadukan persoalan sehari-hari. Mulai usaha bangkrut, terlilit hutang, punya musuh, konflik rumah tangga, suami penjudi, dan lain sebagainya berkelindan di tangan Gus Maksum. Beliau juga tak segan meresmikan musholla kecil di dalam gang, meski kala itu pergaulannya sudah di jajaran elit. Kedatangan Gus Maksum selalu dieluk-elukkan masyarakat. Gus Maksum tak hanya menjadi milik pondok Lirboyo, tetapi seluruh lapisan masyarakat yang mengenalnya. Tradisi Pencak Dor Perang tanding antar sesama pesilat adalah salah satu metode pengajaran Gus Maksum kepada santrinya. Untuk menguji tingkat penguasaan jurus yang diajarkan, Gus Maksum meminta mereka untuk perang tanding. “Jadi itu semacam ujian,” kata Gus Bidin. Hingga kini tradisi perang tanding ini masih dipertahankan oleh Gus Bidin sebagai pengajar silat yang menjadi ekstrakurikuler pendidikan pondok Lirboyo. Hanya saja, ajang pencak dor saat ini tak hanya dikhususkan untuk santri, tetapi terbuka lebar untuk masyarakat umum. Semua pendekar pencak bisa naik ke atas gelanggang untuk beradu silat dan saling menjatuhkan. Satu-satunya peraturan yang dibuat penyelenggara pertandingan adalah “ di atas lawan di bawah kawan”. Artinya, tak boleh ada dendam di luar gelanggang meski sebelumnya terlibat adu jotos yang sangat keras. Itulah pencak yang diajarkan Gus Maksum. HTW
GWBD.